Sejarah Pendidikan Era Hindia – Belanda Beserta Fotonya
Wednesday, 29 April 2020
Add Comment
Namun
demikian, setelah munculnya politik etis yang dimotori van Deventer dan Baron
van Hoevel, maka terjadi perubahan kebijakan pendidikan di Indonesia. Sistem
persekolah dan kurikulum mengalami banyak perubahan. Semula jenjang pendidikan
terlama di bangku sekolah dasar hanya tiga tahun, dengan kebijakan baru berubah
menjadi 5 (lima) tahun dan 6 (enam tahun). Model persekolahan ini dinamakan
schakel school dan HIS (Holland Inlandsche School). Materi pengajaran mengalami
perubahan yang cukup banyak. Tingkat kesulitan mengalami peningkatan dan tidak
setiap anak bangsa bisa menjadi siswa di sekolah ini. Kedua sekolah ini tetap
mempertahankan sistem lama dalam penerimaan siswa baru. Mereka yang berasal
dari kalangan rakyat biasa tetap tidak diperbolehkan memasuki jenjang
pendidikan HIS. Mereka yang berasal dari kalangan priyayi rendah, tentu saja
harus ngenger dahulu agar dapat diterima menjadi siswa sekolah ini. Bahasa
Belanda menjadi bahasa pengantar dalam kegiatan belajar di sekolah ini.
Sebagai
pembanding, pemerintah Kolonial Belanda mendirikan pula ELS (Eropesch Lagere
School) sebagai sekolah dasar untuk anak-anak eropa dan China Lagere School
bagi anak-anak keturunan Tionghoa. Sekolah ini jelas bukan milik kaum pribumi
yang secara sosial berada di bawah posisi orang Eropa dan China.
Di tingkat lanjut,
pemerintah Kolonial Belanda mendirikan MULO yang setingkat SMP jaman sekarang.
Kurikulum yang dipergunakan semakin lengkap. Bahasa Belanda tetap menjadi
bahasa pengantar. Selain itu diajarkan bahasa Perancis dan Inggris. Tidak
setiap anak bangsa bisa memperoleh pendidikan tingkat ini. Banyak kendala
rasialis dan sosial yang menghalangi anak bangsa untuk memperoleh kesempatan
ini. Jika dibandingkan jaman sekarang lulusan MULO sebanding kualitasnya dengan
lulusan S-1 sekarang. Bagi lulusan MULO maka ia berhak mendapatkan tempat
pekerjaan di struktur kepegawaian negeri maupun militer pemerintah Kolonial
Belanda.
Pengembangan aspek
kepegawaian dan sistem birokrasi pemerintah Kolonial Belanda yang semakin
lengkap, jelas membutuhkan pegawai lokal yang lebih cerdas. Oleh karena itu,
dengan jumlah lulusan MULO yang tidak banyak maka kebutuhan akan jumlah
kepegawaian itu dapat terpenuhi.
Pada level yang tertinggi,
kebijakan Kolonial Belanda menjelang pertengahan abad ke-20 mulai mendirikan
sekolah setingkat SLTA sekarang dengan sebutan AMS (Algemens Middlebars School)
dan HBS (Hoogere Bourgere School). Minimal anak bangsawan tinggi yang
diperbolehkan memasuki jenjang sekolah ini. Untuk AMS ditempuh selama 3 (tiga)
tahun, sedangkan untuk HBS ditempuh 5 (lima) tahun. Siswa yang bersekolah di
HBS secara sosial ia adalah pribumi yang sudah disamakan derajatnya dengan
bangsa Eropa/Belanda. Pada pendidikan tingkat ini, kualitas menjadi sebuah
ukuran mutlak. Oleh karena pola pendidikannya yang disiplin dengan kurikulum
yang jelas maka dengan sendirinya menghasilkan alumni yang disegani oleh siapa
saja. Para alumninya antara lain: Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, Syafruddin
Prawiranegara, Soetomo, Cipto Mangunkusuma, A. Rivai, Suwardi Suryaningrat, dan
sebagainya.
Sangat jelas bahwa sistem
pendidikan masa Kolonial Belanda sangat diwarnai oleh dualisme pendidikan. Di
satu sisi, adanya politik etis tersebut pemerintah menyetujui untuk memberikan
politik balas jasa bagi pribumi dengan memberikan kesempatan memperoleh
pendidikan. Namun di sisi lain, pribumi tetap dipelihara seperti sediakala.
Pendidikan yang diberikan pada pribumi jelas tidak sama dengan pendidikan yang
diberikan pada anak-anak Belanda, Tionghoa, dan Eropa lainnya. Hanya anak kaum
bangsawan tinggi yang diperbolehkan memasuki sekolah seperti MULO, AMS, dan
HBS. Akibatnya pemerintah tetap melestarikan rust en orde, yaitu sebuah
kestabilan politik di bawah kendali ratu Belanda, sehingga dapat menekan
benih-benih ketidakpuasan dari kaum intelektual yang mungkin terlahir dari
sistem dan kebijakan Belanda sendiri.
Betapa sulitnya kaum pribumi
untuk menaiki tangga mobilitas sosial. Hambatan sosial yang berupa latar
keningratan dan kebangsawan menjadi batu sandungan yang berat bagi anak bangsa
yang ingin memperbaiki nasib diri dan bangsa. Bagi mereka yang tak sempat
mengenyam bangku AMS dan HBS, tentu saja lebih memilih memasuki jenjang
pendidikan guru yang setingkat dengan MULO dan AMS sendiri namun dengan
kualitas keilmuan dan gengsi di bawahnya. Menjadi guru toh merupakan jenjang
kepriyayian yang dicita-citakan meski berada pada posisi terbawah model
birokrasi Kolonial Belanda.
Pada aspek materi, jelas
sekali ada perbedaan yang cukup mendasar antara jenjang pendidikan HIS, MULO,
dan AMS. Namun ada kesamaan di antara jenjang yang berbeda tersebut yaitu
materi kebangsaan Belanda yang tercermin dalam pelajaran sejarah, ilmu budaya,
civic education, dan bahasa. Semua ilmu ini merupakan bagian dari propaganda
Belanda agar masyarakat memperoleh kesadaran berbangsa dan loyalitas terhadap
eksistensi ratu Belanda. Adapun kelebihan pendidikan masa Kolonial Belanda
adalah aspek kualitasnya yang terjamin. Hal ini terlihat pada standar input,
proses, pembiayaan, sarana-prasarana, dan standar lulusan setiap tahunnya.
Pada standar input jelas
sekali dapat terlihat kualitas siswa yang masuk. Mereka yang tercatat sebagai
siswa tidak hanya berlatar belakang sosial yang tinggi, namun juga proses
seleksi intelektual menjadi sebuah ukuran yang mutlak.
Pada standar proses, terlihat
bahwa kelas dengan jumlah siswa yang kecil, maksimal 25 siswa menjadi ruang
yang penuh mekanisme pengawasan, pembinaan, dan pengajaran yang sangat optimal.
Apalagi dengan guru-guru yang menguasai ilmu mengajar yang mumpuni, tanggung
jawab dan dedikasi yang sepenuhnya, serta pola pengajaran searah namun keras
dan penuh disiplin, tentu saja akan melahirkan jalannya kegiatan belajar yang
efektif bagi pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
Pada standar pembiayaan,
jelas bahwa adanya siswa yang mayoritas berasal dari kalangan bangsawan tinggi
akan memberikan sokongan dan dukungan dana bagi pengembangan sekolah. Mereka
yang kaya akan berusaha memberikan partisipasi dana yang maksimal agar
anak-anaknya bisa sukses di sekolah.
Adanya dukungan dana dari
orang tua dan statusnya sebagai sekolah negeri sudah pasti menjadikan sarana
dan prasarana lebih lengkap. Perpustakaan dengan buku-buku berbahasa Belanda
dan Inggris menjadi koleksi utama semua sekolah dari HIS sampai dengan HBS.
Semuanya
yang sudah dijelaskan di atas pada akhirnya akan bermuara pada kualitas
lulusannya yang hebat dan mumpuni di bidangnya. Konon, saking hebatnya lulusan
AMS maka banyak orang yang mengatakan bahwa kualitasnya sama dengan lulusan S-2
jaman sekarang.
Baca Juga: Keberagaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia ( Artikel Lengkap )
Penelusuran yang terkait dengan Pendidikan Era Hindia – Belanda
- pendidikan pada masa kolonial belanda brainly
- bagaimana sistem pendidikan yang diterapkan pada masa kolonial belanda
- sekolah pada zaman belanda
- pertanyaan tentang pendidikan pada masa kolonial belanda
- pendidikan pada masa kolonial belanda pdf
- perbandingan antara sekolah di zaman kolonial belanda dengan pendidikan sekolah sekarang
- sistem pendidikan belanda di indonesia
- pendidikan pada masa kolonial belanda dan jepang
0 Response to "Sejarah Pendidikan Era Hindia – Belanda Beserta Fotonya"
Post a Comment