Materi Sosiologi : Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas
Sunday, 14 October 2018
Add Comment
kampungilmu.web.id - Secara bahasa, lokal (local) berarti
setempat, sedangkan kearifan atau dalam bahasa Inggris wisdom dapat
diartikan sebagai pemikiran, gagasan, atau perilaku yang bijak. Dapat
juga diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal
pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian
terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sehingga kearifan
lokal (local wisdom) dapat diartikan sebagai gagasan-gagasan setempat
yang bersifat bijaksana, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
para anggota masyarakat.
Sebagai sebuah istilah kearifan lokal
dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal-budinya
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Kearifan lokal muncul dalam
periode panjang dan berevolusi bersama-sama masyarakat dan
lingkungannya. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam
masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi
potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup
bersama secara dinamis dan harmonis.
Fungsi kearifan lokal bagi masyarakat
tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh,
yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat dan menciptakan
peradaban. Pada akhirnya kearifan lokal dijadikan pandangan hidup dan
ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka yang meliputi seluruh unsur
kehidupan: agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi
sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian.
Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan suatu kekayaan budaya
lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life)
yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di
Indonesia—yang kita kenal sebagai Nusantara—kearifan lokal itu tidak
hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat
dikatakan bersifat lintasbudaya atau lintas-etnik sehingga membentuk
nilai budaya yang bersifat nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap
budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong
royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada umumnya etika dan
nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan
turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan
(antara lain dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore), dan
manuskrip (bahasa Latin manuscript: manu scriptus ditulis tangan),
secara khusus, adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan,
dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain.
Baca Juga:
Materi Sosiologi :Pengertian Kepadatan Penduduk dan Cara Menanggulangi Kepadatan Penduduk
Strategi Pemberdayaan Komunitas
Masyarakat adalah sekumpulan
orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi
sosial yang berpola dan terorganisasi. Manusia baik sebagai individu
maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan. Kebutuhan manusia
dapat berupa kebutuhan individual atau kebutuhan kolektif. Konsekuensi
dari keadaan ini adalah manusia selalu berupaya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia bermacam-macam baik
jenis, prioritas, maupun hirarkhinya. Usaha memenuhi kebutuhan tidak
pernah berhenti. Terpenuhinya kebutuhan pada prioritas atau hirarkhi
tertentu akan dilanjutkan dengan usaha memenuhi kebutuhan prioritas atau
hirarkhi berikutnya.
Realitas bahwa upaya memenuhi
kebutuhan tidak pernah berhenti menyebabkan dalam kehidupan masyarakat
terjadi proses dan usaha perubahan. Tentu saja masyarakat mengharapkan
perubahan yang berfifat progresif (menuju perbaikan atau menuju kepada
keadaan yang lebih mensejahterakan). Perubahan menuju progress atau
menuju keadaan yang lebih sejahtera disebut perkembangan atau
pembangunan. Dalam bahasa Inggris disebut development.
Muller sebagaimana dikutip oleh
Soetomo dalam bukunya pemberdayaan masyarakat (2011) menjelaskan bahwa
pembangunan merupakan upaya untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi
penderitaan manusia dalam semua bentuk dan dimensinya. Penderitaan yang
dimaksud adalah dalam pengertian yang luas, bukan saja dalam bentuk
kemiskinan atau kemelaratan, diskriminasi, atau penindasan, melainkkan
juga jika manusia diposisikan sebagai objek pembangunan.
Soetomo (2011) menjelaskan bahwa pembangunan masyarakat mengandung empat unsur, yaitu
- Pembangunan masyarakat pada dasarnya merupakan proses perubahan
- Pembangunan masyarakat adalah proses semakin terciptanya hubungan yang harmonis antara kebutuhan masyarakat dengan potensi sumberdaya dan peluang
- Pembangunan masyarakat merupakan proses peningkatan kapasitas masyarakat untuk merespon berbagai persoalan yang berkembang
- Pembangunan masyarakat merupakan proses yang bersifat multidimensional
Berdasarkan empat usur tersebut,
pembangunan masyarakat dapat dirumuskan sebagai proses perubahan yang
bersifat multidimensional menuju kondisi semakin terwujudnya hubungan
yang serasi antara kebutuhan (needs) dan sumberdaya (recources) melalui
pengembangan kapasitas masyarakat untuk mengembangkan dirinya, terutama
memanfaatkan peluang dan sumberdaya, mengantisipasi tantangan dan
menangani masalah sosial yang muncul, sehingga terwujud kondisi
kehiduapan yang semakin sejahtera.
Perspektif Pembangunan Masyarakat
Ada beberapa perspektif dalam
pelaksanaan pembangunan masyarakat. Persepktif merupakan sudut pandang
dalam melihat fenomena atau gejala pembangunan masyarakat. Ada beberapa
perspektif yang pembangunan, yaitu
- Perspektif Basic Need
Perspektif basic need digunakan dalam pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang pada masa-masa awal setelah kemerdekaan, karena dari kondisi sosialekonomi masyarakat dalam negara-negara yang baru saja merdeka ini jauh ketinggalan dari negara-negara yang sudah maju. - Perspektif Pertumbuhan
Setelah strategi pengembangan komunitas diterapkan di beberapa negara sedang berkembang dipandang belum dapat mengembangkan aspek ekonomi secara memadai, maka lahirlah perspektif baru dalam pembangunan masyarakat yaitu perspektif pertumbuhan. Dalam perspektif pertumbuhan penguasaan teknologi dianggap penting karena merupakan instrument untuk mempercepat peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Perspektif ini sejalan dengan teori modernisasi yang banyak mewarnai pemikiran dalam pembangunan masyarakat, sehingga dalam pembangunan masyarakat banyak dilakukan adopsi inovasi teknologi, bahkan penggunaan teknologi merupakan hal yang menonjol dalam upaya peningkatan produktivitas. - Persepektif People Centered Development
Latar belakang lahirnya perspektif ini adalah, walaupun dengan perspektig basic need masyarakat bawah sudah mendapatkan perhatian sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya, tetapi karena sifatnya yang delivery dan karikatif, maka peranan negara masih dominan. Masyarakat penyandang masalah tidak banyak dilibatkan dan diberi kewenangan dalam perencanaan. Dalam persepektif People Centered Development, masyarakat penyandang masalah diberi kewenangan dan kapasitas dalam keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta dalam menikmati hasil.
Aksi Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Bentuk Kemandirian Dalam Menyikapi Ketimpangan Sosial
Tujuan pemberdayaan masyarakat
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan
dan keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat
dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum
mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan,
kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan,
misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah,
terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor
pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasarpasarlokal/tradisional
karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional.
Ada beberapa strategi yang dapat menjadi
pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan dalam pemberdayaan
masyarakat, yaitu (1) menciptakan iklim, (2) memperkuat daya, dan (3)
melindungi.
Pemberdayaan masyarakat bukan
membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program
pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati
harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan
dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan
masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukandiri ke
arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Baca Juga:
Materi Sosiologi : Masalah Kependudukan dan Cara Menanggulanginya Lengkap
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal di Era Globalisasi
Secara umum local wisdom
(kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya, sehingga hal tersebut
dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.
Pengertian di atas, disusun
secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang
dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai
hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi.
Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai
‘kearifan/kebijaksanaan’. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang
eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama
masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami
bersama-sama.
Mereka mempunyai pemahaman,
program, kegiatan, pelaksanaan terkait untuk mempertahankan,
memperbaiki, mengembangkan unsur kebutuhan mereka, dengan memperhatikan
lingkungan dan sumber daya manusia yang terdapat pada warga mereka.
Masyarakat majemuk tanpa konflik jika dipahami secara sepintas merupakan
format kehidupan sosial yang mengedepankan semangat demokratis dan
menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Dalam masyarakat
majemuk yang tanpa konflik, warga bekerjasama membangun ikatan sosial,
jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat
non-govermental untuk mencapai kebaikan bersama. Beberapa indikator yang
dapat digunakan sebagai ukuran dalam mewujudkan tercapainya masyarakat
majemuk tanpa konflik, yaitu:
- terpeliharanya eksistensi agama atau ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat;
- terpelihara dan terjaminnya keamanan,ketertiban, dan keselamatan;
- tegaknya kebebasan berpikir yang jernih dan sehat;
- terbangunnya eksistensi kekeluargaan yang tenang dan tenteram dengan penuh toleransi dan tenggang rasa e. terbangunnya kondisi daerah yang demokratis, santun, beradab serta bermoral tinggi; dan
- terbangunnya profesionalisme aparatur yang tinggi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih berwibawa dan bertanggung jawab.
Kemajemukan (pluralitas) dan
keanekaragaman (heterogenitas atau diversitas) masyarakat dan kebudayaan
di Indonesia merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan, nilai asli
masyarakat Indonesia adalah nilai yang di dalamnya melekat dengan konsep
multikultural, nilai-nilai seperti toleransi beragama, agregasi sosial,
kemajemukan kultural dan etnik, menjadi alasan mengapa para pendiri
bangsa ini memilih Pancasila dari pada pada ideologi bernuansa agama.
Strategi pemberdayaan
masyarakat berbasis kearifan lokal di era globalisasi yakni dengan
memperkuat nilai-nilai dan norma-norma leluhur dari nenek moyang yang
ada di masyarakat agar terjaga utuh kearifan lokal; mempertahankan
budaya yang ada di masyarakat dengan bertindak secara rasional sebagai
akibat dari arus globalisasi; menyaring budaya dari luar (globalisasi)
dengan menilai baik buruknya pengaruh dalam bidang teknologi dan
komunikasi, transportasi, pengembangan media massa, perubahan gaya
hidup, pendidikan, budaya, politik, agama, hukum, dll. Salah satu
indikator dari keberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan
untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki
kehidupannya.
Pada prinsipnya pemberdayaan
bukan merupakan suatu program atau kegiatan yang berdiri sendiri.
Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengubah lebih dari satu aspek pada diri dan kehidupan seseorang atau
sekelompok orang agar mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk membuat kehidupannya lebih baik dan sejahtera.
Sumber:
Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi (Judul Asli: Essentials of Sociology). Jakarta: PT Erlangga.
Soerjono Soekanto. 1985. Kamus Sosiologi; Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers.
http://pemberdayaankomunitas.blogspot.com/2015/02/strategipemberdayaan-masyarakat.html
(diakses pada Jumat, 18 Desember 2015, pukul 18.20)
http://www.slideshare.net/DadangSolihin/perencanaan-ekonomi-dalamperspektif-pembangunan-daerah
(diakses pada Jumat, 18 Desember 2015, pukul 18.10)
0 Response to "Materi Sosiologi : Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas"
Post a Comment