Budaya Kekerasan Dalam Perspektif Nilai-Nilai dan Etika Masyarakat Jawa
Sunday, 14 October 2018
Add Comment
kampungilmu.web.id - Kebudayaan Jawa selalu digambarkan
sebagai kebudayaan yang halus dan penuh tata krama. Kedua sifat tersebut
dapat terlihat dari tradisi dan kebudayaan masyarakat Jawa seperti
tari-tarian serta bahasa. Meskipun demikian, sebenarnya pada masa lalu
sebenarnya Jawa merupakan suku yang keras dan menjadi penakluk di medan
perang ketika masa kerajaan.
Dahulu ketika hadir kekuatan
kapitalisme yang dibawa oleh VOC ke Jawa menimbulkan banyak terjadi
gejolak antara belanda dan masyarakat Jawa, Mataram terbagi menjadi dua
dan terjadi peperangan diponegoro. Kehadiran kolonial Hindia Belanda ini
merusak system kekuasaan yang ada di jawa yang sebelumnya berada di
tangan kerajaan menjadi kekuasaan kolonial hindia belanda. Dalam masa
ini kekerasan dalam bentuk perang fisik yang dilakukan masyarakat jawa
adalah untuk mempertahankan dirinya.
Ketika masa revormasi saat banyak
terjadi amuk massa di berbagai daerah di Indonesia, masyarakat Jogja
justru menyuarakan gerakan revormasi tersebut dengan damai tanpa
keributan yang dipimpin oleh Sultan HB X. gerakan itu disebut dengan pisowanan ageng. Dalam pisowanan ageng ini banyak tindakan yang bermakna jika dikaitkan dengan konteks alus dan kasar. Menurut pandangan James T. Siegel
alus dan kasar adalah salah satu kategori hierarki dalam masyarakat
jawa. Watak alus lebih tinggi dari kasar. Hirarki ini dapat dilihat dari
ngkapan Jawa “Dupak bujang, semu mantri, esem bupati” Watak alus adalah kondisi ideal manusia Jawa yang untuk mencapainya perlu laku, tapa brata,
usaha yang sungguh-sungguh dan serius. Alus identik dengan para satria,
bangsawan, dan priyayi, sedangkan kasar identik dengan wong cilik, dan
wong sabrang (orang asing).
Baca Juga:
Materi Sosiologi : Macam/Jenis/Bentuk Perkawinan/Pernikahan Lengkap
Dari peristiwa dan kejadian tersebut
dapat dilihat bahwa bagi masyarakat Jawa perilaku kekerasan sebagai
suatu yang bersifat negative sehingga perlu dihindari. Nilai-nilai
masyarakat Jawa yang mampu meredam kekerasan adalah hormat, rukun, dan
isin. Hormat, mempercayai bahwa hubungan dalam masyarakat teratur secara hierarkis. Rukun, hubungan sosial berlangsung secara harmonis tdak berseteru, dan isin
(malu) jika melakukan hal yang tidak semestinya. Dilain sisi dalam
masyarakat jawa sendiri kekerasan dapat diwariskan dari nilai-nilai dan
etika Jawa misalnya pemujaan terhadap pahlawan perang yang
tersosialisasikan melalui pertunjukan wayang. Meskipun demikian, hingga
sekarang masyarakat jawa masih mempercayai bahwa watak halus lebih baik
daripada kasar yang terwujud pula dalam jargon Jawa “ Suro diro jayadiningrat, lebur dening pangastuti”
Sumber :
http://blog.unnes.ac.id/sosiologiantropologi/2015/11/11/budaya-kekerasan-dalam-perspektif-nilai-nilai-dan-etika-masyarakat-jawa/#comment-42
0 Response to "Budaya Kekerasan Dalam Perspektif Nilai-Nilai dan Etika Masyarakat Jawa"
Post a Comment