Pengertian ,Jenis dan Mekanisme Fermentasi Mikroorganisme ( Artikel Lengkap )
Tuesday, 2 October 2018
Add Comment
Kampungilmu.web.id - Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim
mikroorganisme. Umumnya proses fermentasi dibedakan atas fermentasi
substrat padat (solid substrate fermentation) jika substratnya padat (daging, beras, dan lain-lain), dan fermentasi substrat cair (liquid substrate fermentation)
jika substratnya cair (air kelapa, susu, sari buah, dan lain-lain).
Penamaan proses fermentasi didasarkan atas nama hasil akhir yang
diperoleh melalui proses fermentasi, misalnya fermentasi tempe berarti
hasil akhirnya tempe. Jadi, suatu proses fermentasi dinamakan sesuai
hasil akhir yang diperoleh melalui proses fermentasi bukan berdasarkan
substrat yang digunakan pada proses fermentasi (Gandjar dkk. 1992).
Fermentasi ditinjau dari segi biokimia merupakan metabolisme secara
anaerob (tidak membutuhkan oksigen) yang menggunakan senyawa organik
(gula atau molekul organik lain) baik sebagai donor maupun akseptor
elektron. Energi ATP dihasilkan melalui fosforilasi pada tingkat
substrat. Beberapa bakteri yang bersifat fakultatif anaerob dapat
melakukan proses fermentasi apabila tidak tersedia O2
yang berfungsi sebagai akseptor elektron terakhir. Namun, apabila
terdapat oksigen, proses respirasi dapat dilakukan kembali oleh bakteri
tersebut. Sementara itu, fermentasi menurut istilah industri
mikrobiologi, merupakan proses mikroba apapun dalam skala besar tanpa
memperhatikan proses biokimia yang terjadi pada mikroba tersebut
(Madigan dkk. 2011).
Peran mikroorganisme sangat penting dalam proses fermentasi.
Mikroorganisme tertentu memiliki enzim-enzim yang berguna dalam proses
fermentasi. Setiap mikroorganisme menghasilkan produk akhir fermentasi
yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat berupa hasil produk
kimianya maupun hasil produk komersialnya (tempe, tape, dan lain-lain).
Perbedaan proses fermentasi dari mikroba tertentu dapat bermanfaat
sebagai penciri identifikasi dari mikroba tersebut. Contoh produk kimia
yang dihasilkan dari proses fermentasi di antaranya asam laktat (Streptococcus, Lactobacillus), alkohol (Zymomonas, Saccharomyces), asam propionat (Propionibacterium), 2,3-butanediol (Enterobacter, Serratia, Bacillus), dan asam butirat (Clostridium) (Harley & Prescott, 2002). Contoh produk komersial yang dihasilkan dari beberapa jenis mikroba di antaranya tempe (Rhizopus oryzae), tape (Chlamydomucor oryzae, Endomycopsis burtonii), dan cider/sari buah (Saccharomyces cerevisiae) (Gandjar dkk. 1992).
Baca juga:
Pertumbuhan Hewan dan Tumbuhan ( Artikel Lengkap )
Tempe
Tempe merupakan salah satu makanan tradisional yang berada di Indonesia.
Tempe merupakan salah satu makanan hasil fermentasi. Bahan baku tempe
umumnya berasal dari kacang kedelai. Tahap pertama yang dilakukan
dalam pembuatan tempe adalah proses perendaman dan pengulitan biji
kacang kedelai, setelah itu dikukus setengah matang. Kacang kedelai
tersebut kemudian diinokulasikan dengan kapang dari jenis Rhizopus.
Setelah satu hingga dua hari dilakukan proses inkubasi di tempat yang
hangat, kacang kedelai akan saling berlekatan karena terjalin oleh
benang – benang miselium yang dihasilkan oleh kapang Rhizopus
(Gandjar dkk. 1992; Winarno dkk. 1984). Tempe umumnya memiliki
kandungan protein 40% dari berat kering. Oleh karena itu, tempe dapat
menjadi makanan bernutrisi pengganti bahan daging sebagai makanan
(Winarno dkk. 1984).
Usar atau ragi tempe merupakan kultur yang sering digunakan dalam proses
pembuatan tempe. Pembuatan usar masih sering dilakukan secara
tradisional, yaitu dengan membuat adonan usar yang dibungkus dengan daun
waru (Hibiscus tiliaceus). Mikroorganisme yang digunakan dalam pembuatan usar atau ragi tempe yaitu kapang dari jenis Rhizopus.
Ditemukan juga beberapa jenis bakteri pada tempe, namun biasanya
keberadaan bakteri tersebut merugikan karena menimbulkan bau yang tidak
enak pada tempe. Selain itu, komposisi usar juga masih sedikit
diketahui.(Winarno dkk. 1984).
Secara ringkas ada tiga tahap utama pembuatan tempe, yaitu tahap
persiapan substrat (kacang kedelai), tahap persiapan suspensi spora, dan
tahap inokulasi. Tahap persiapan substrat adalah tahap penanganan
terhadap kacang kedelai yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Tahap selanjutnya, adalah pembuatan suspensi spora, dalam hal ini spora
berasal dari Rhizopus oryzae.
Tahap terakhir adalah tahap pencampuran kacang kedelai dengan usar
atau suspensi spora Rhizopus oryzae saja. Selanjutnya, campuran tadi
diinkubasi selama 1 – 2 hari pada suhu sekitar 28 – 30 °C (Gandjar dkk. 1992).
Feremntasi Tape
Fermentasi tape merupakan salah satu jenis fermentasi yang juga umum
ditemukan di Indonesia. Ada dua jenis fermentasi tape yaitu fermentasi
tape singkong dan fermentasi tape ketan. Fermentasi tape singkong
memakai substrat yang berasal dari singkong, sedangkan fermentasi tape
ketan memakai substrat yang berasal dari biji serealia (padi). Proses
fermentasi tape secara biokimia memiliki dua tahapan utama, yaitu tahap
perombakan pati menjadi gula sederhana melalui enzim amilase yang
diproduksi kapang dan tahap perombakan gula menjadi asam dan alkohol
melalui khamir tertentu seperti Saccharomyces sp. (Winarno dkk. 1990). Mikroorganisme yang biasa digunakan dalam proses fermentasi tape ada beberapa jenis, di antaranya Chlamydomucor oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor indicus, dan Saccharomyces sp. (Gandjar dkk. 1992; Winarno dkk. 1984).
Tahap pembentukan tape singkong ada beberapa langkah. Langkah pertama
umbi dikupas, dipotong, dicuci, dan dikukus sampai tiga perempat masak.
Setelah dingin, potongan umbi tersebut dicampur dengan ragi tape.
Langkah terakhir adalah kultur tadi diinkubasi selama 48 jam pada suhu
28 – 30°C (Gandjar dkk. 1992).
Tahap pembentukan tape ketan ada beberapa langkah pula. Langkah pertama
adalah dengan mencuci 100 gram serealia, kemudian di-aron dengan 60 –
70 ml air, dikukus selama 20 menit, dan didinginkan. Selanjutnya biji
serealia diinokulasi dengan ragi tape yang sudah dihaluskan sebanyak 0,1
% (b/b). Lalu adonan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup.
Langkah terakhir adalah adonan tadi diinkubasi selama 48 jam pada suhu
28 – 30°C (Gandjar dkk. 1992: 64).
Cider
Cider merupakan minuman hasil
fermentasi sari buah dan mengandung alkohol berkisar 6,5 – 8,0 persen.
Mikroba yang berperan dalam fermentasi cider umumnya adalah khamir atau
ragi dari marga Saccharomyces, Candida dan Hansenula, atau dari jenis bekteri yaitu Acetobacter xylinum.
Jumlah starter yang ditambahkan sekitar 2 – 20 persen dari volume sari
buah. Sementara itu, lama fermentasi tergantung dari jenis khamir
yang dipakai, kadar awal gula dan kadar alkohol yang diinginkan. Selama
fermentasi terjadi proses perombakan gula menjadi alkohol, dan hasil
sampingnya dapat berupa asam asetat, asam laktat dan aldehida.
Pembuatan fermentasi cider dapat terbagi menjadi dua tahapan utama,
yaitu tahap pembuatan starter dan tahap pembuatan cider. Pembuatan
starter memiliki beberapa tahapan. Langkah pertama, buah yang akan
digunakan diblender kemudian ditambah air (1 – 2 kali volume sari buah)
dan gula (15 – 20 % dari volume akhir). Kemudian, 100 ml larutan sari
buah dipisahkan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan yang lain dimasukkan ke
dalam erlenmeyer yang lebih besar. Selanjutnya semua sari buah di
pasteurisasi. Sementara itu, suspensi Saccharomyces cerevisiae
dibuat. Selanjutnya, diinokulasikan 1 ml suspensi spora ke dalam 100
ml larutan sari buah tadi. Langkah terakhir adalah dengan mengambil 30
ml sari buah yang telah diinokulasi dan dimasukkan ke dalam tabung
fermentasi kemudian diinkubasi pada suhu tertentu (Gandjar dkk. 1992).
Pembuatan starter berfungsi untuk mengontrol dan memprediksi hasil
fermentasi. Selain itu, pembuatan starter berfungsi untuk mengurangi
kegagalan yang mungkin terjadi pada proses fermentasi. Pembuatan
starter juga untuk mengadaptasikan bakteri terhadap medium substrat dan
untuk menginhibisi organisme yang tidak diinginkan.
Tahap kedua adalah tahap pembuatan cider. Langkah pertama adalah
melakukan pemeriksaan kadar alkohol dari larutan sari buah yang dibuat
starter. Cara memeriksanya adalah beberapa mililiter larutan diambil,
didihkan, kemudian dicatat suhu didihnya. Selanjutnya, dilakukan hal
yang sama pada air. Kemudian, dihitung selisih dari kedua suhu yang
didapat dan ditentukan kadar alkohol dengan tabel Steinkraus. Langkah
kedua starter diinokulasikan ke dalam sari buah sebanyak 1% (v/v),
kemudian mulut erlenmeyer ditutup dengan sumbat yang telah diberi selang
dan ujung selang yang lainnya dicelupkan ke dalam bak yang berisi air.
Langkah ketiga sari buah tadi diinkubasi pada suhu 28 – 30°C
selama 7 – 14 hari. Langkah keempat adalah pemeriksaan kadar alkohol
lagi seperti pada langkah pertama, kemudian dilakukan penghitungan kadar
alkohol:
ta = |tjuice – takuades (sebelum fermentasi)|
tb = |tjuice – takuades (sesudah fermentasi)|
Kadar alkohol yang terbentuk:
(tb – ta) = Δt
Selanjutnya, selisih suhu yang didapat dikonversikan dengan menggunakan Tabel Steinkraus.
Yoghurt
Yoghurt adalah bahan makanan yang berasal dari susu yang merupakan hasil
pemeraman susu dalam bentuk mirip bubur atau es krim yang mempunyai
rasa agak asam sebagai hasil fermentasi oleh bakteri-bakteri tertentu.
Akhir-akhir ini ditemukan pula bahwa yoghurt dapat pula dibuat dari susu
skim, full krim, atau bahkan dari kacang kedelai (disebut Soyghurt).
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan cara penambahan
bakteri-bakteri Lactobacillus bulgaris dan Streptoccus thermophillus. Dengan fermentasi tersebut, rasa yoghurt akan menjadi asam karena adanya perubahan laktosa menjadi asam laktat (Saleh 2004).
Langkah pertama dalam pembuatan yoghurt yaitu susu murni disiapkan
kemudian diencerkan dengan air hangat dan dipanaskan hingga mendidih.
Langkah kedua susu tersebut didinginkan hingga mencapai 45°C.
Langkah ketiga susu tersebut ditambahkan bakteri starter yoghurt.
Langkah kelima susu yang sudah dicampurkan starter dimasukkan ke dalam
botol steril atau gelas plastik. Selanjutnya, diinkubasikan selama 12 –
14 jam pada suhu ruang (Saleh 2004).
Yoghurt memiliki beberapa manfaat penting. Beberapa manfaat dari
yoghurt yaitu membantu kelancaran pencernaan, mencegah keropos gigi, dan
mengobati sakit tenggorokan. Probiotik dalam yoghurt dapat
meningkatkan gerak peristaltik sistem pencernaan dengan merangsang
produksi musin yang memisahkan nutrisi untuk perbaikan jaringan.
Bakteri dalam usus juga membantu dalam memproduksi vitamin B untuk
meningkatkan efisiensi sistem saraf (Noorastuti & Nurlaila, 2010).
Sumber:
http://www.generasibiologi.com/2017/06/macam-mekanisme-contoh-fermentasi.html
0 Response to "Pengertian ,Jenis dan Mekanisme Fermentasi Mikroorganisme ( Artikel Lengkap )"
Post a Comment