Pengertian Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial Lengkap
Sunday, 14 October 2018
Add Comment
A. Pengertian Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial
1. Interaksi Sosial
Interaksi
sosial yaitu hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok baik dalam bentuk kerjasama, pertikaian maupun
persaingan.
a. Maryati dan Suryawati (2003)
Interaksi
sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan
respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan
kelompok.
b. Murdiyatmoko dan Handayani (2004)
Interaksi
sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses
pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial.
c. Young dan Raymond W. Mack
Interaksi
Sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut
hubungan-hubungan antar individu, baik antara individu dengan kelompok,
maupun antara kelompok dengan kelompok.
Melalui
interaksi akan terjadi perubahan-perubahan yang memungkinkan
terbentuknya hal-hal baru sehingga dinamika masyarakat menjadi hidup dan
dinamis. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan dasar terbentuknya
dinamika sosial yang ada di masyarakat.
2. Dinamika Sosial
Dalam
sosiologi, dinamika sosial diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari
seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitan antara
dinamika sosial dengan interaksi sosial adalah interaksi mendorong
terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara komponen masyarakat yang
akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat baik secara
progresif ataupun retrogresif.
B. Faktor Pendorong Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial
Interaksi
sosial terjadi bermula dari individu melakukan tindakan sosial terhadap
orang lain. Tindakan sosial merupakan perbuatan-perbuatan yang
ditunjukkan atau dipengaruhi orang lain untuk maksud serta tujuan
tertentu.
a. Tidak semua tindakan dapat dinyatakan sebagai tindakan sosial.
b.
Suatu tindakan baru dinyatakan sebagai tindakan sosial apabila
subjeknya dihubungkan dengan individu-individu lain. Oleh karena itu,
tindakan sosial merupakan kenyataan sosial yang paling mendasar sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan lainnya.
c.
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu
yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya di dalam suatu
masyarakat.
d.
Maka dalam berinteraksi dan bertindak hendaknya memperhitungkan
keberadaan individu-individu lain, karena tindakan sosial merupakan
perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial.
1. Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Manusia
adalah makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
keberadaan orang lain. Oleh karena itulah, manusia selalu mengadakan
interaksi dengan manusia lainnya. Terdapat beberapa faktor pendorong
dalam melakukan interaksi sosial antara lain :
a. Imitasi
Adalah tindakan sosial dengan cara meniru baik itu sikap, tindakan, perilaku (behaviour), penampilan fisik (perfomance), maupun gaya hidup (life style)
seseorang. Dampak negatif imitasi, apabila yang dicontoh adalah
perilaku-perilaku menyimpang, maka seseorang cenderung akan ikut
melakukan penyimpangan, sedangkan dampak positif dari imitasi adalah
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
b. Sugesti
Adalah
penyampaian pengaruh yang diberikan oleh pihak lain baik berupa
rangsangan, pandangan, sikap, maupun perilaku sehingga orang tersebut
akan mengikutinya tanpa pikir panjang, rasional, dan kritis.
c. Identifikasi
Adalah
upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjadi sama dengan individu
lain yang ditirunya sehingga tidak hanya melalui serangkaian proses
peniruan atau imitasi tetapi juga melalui proses kejiwaan yang mendalam.
d. Simpati
Merupakan
proses kejiwaan seorang individu yang merasa “tertarik” kepada
seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan wibawa, maupun
perbuatannya. Melalui perasaan simpati dapat menjadi dorongan yang
sangat kuat pada diri seseorang untuk melakukan kontak dan komunikasi
dengan orang lain.
e. Empati
Yaitu
proses kejiwaan seseorang untuk ikut “larut” dalam perasaan orang lain
baik suka maupun duka. Empati merupakan kelanjutan rasa simpati yang
berupa perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya.
f. Motivasi
Yaitu
dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan
pertimbangan rasionalistis. Motivasi dalam diri seorang muncul
disebabkan faktor atau pengaruh dari orang lain sehingga individu
melakukan kontak dengan orang lain.
2. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut
Gillin dan Gillin (Soerjono Soekanto:1987) tidak semua hubungan sosial
dapat dikatakan interaksi sosial. Suatu hubungan sosial dikatakan
interaksi sosial jika terdapat dua syarat yang terpenuhi. Syarat-syarat
terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).
a. Kontak Sosial (Social Contact)
1) Pengertian
Kontak
sosial secara harfiah berati bersama-sama menyentuh secara fisik,
sedangkan secara sosiologi kontak tidak harus bersentuhan secara fisik.
Kontak sosial juga dapat diartikan sebagai hubungan sosial antara
individu satu dengan individu lain yang bersifat langsung, seperti
dengan sentuhan, percakapan, maupun tatap muka sebagai wujud aksi dan
reaksi.
2) Bentuk-bentuk kontak sosial
a) Individu dengan individu
b) Individu dengan kelompok
c) Kelompok dengan kelompok
3) Sifat kontak sosial
a) Kontak sosial primer
Yaitu kontak yang dilakukan secara langsung
b) Kontak sosial sekunder
Yaitu kontak yang dilakukan dimana masing-masing pihak menggunakan perantara atau penghubung.
Jenis-jenis kontak sosial sekunder meliputi :
1. Kontak sekunder langsung
Adalah kontak yang dilakukan dimana masing-masing pihak menggunakan alat tertentu, seperti dengan sms dan telepon.
2. Kontak sekunder tak langsung
Adalah kontak yang dilakukan dengan bantuan pihak ketiga.
b. Komunikasi (Communication)
1) Pengertian
Komunikasi
yaitu tindakan seseorang untuk menyampaikan pesan atau maksud kepada
pihak atau orang lain sehingga orang lain tersebut akan memberikan
reaksi atas isi dari pesan atau maksud yang disampaikan.
2) Komponen Komunikasi
a) Pengirim (komunikator) atau sender
Yaitu orang yang mengirim pesan tertentu.
b) Penerima (komunikan) atau receiver
Yaitu orang yang menrima pesan dari orang lain.
c) Pesan (maksud) atau message
Yaitu sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain.
d) Umpan balik atau feed back
Yaitu tanggapan dari penerima pesan atau maksud yang disampaikan.
Baca Juga :
Materi Sosiologi : Ketimpangan Sosial Sebagai Dampak Perubahan Sosial di tengah Globalisasi
3. Perubahan Sosial sebagai Pendorong Dinamika Kehidupan Sosial
a. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan
sosial sebagai proses sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan
suatu gejala umum yang berlaku di mana pun selama hidup manusia. Menurut
Selo Soemardjan (1974), perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai, sikap-sikap dan pola
perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. Hal ini
dikarenakan sifat perubahan sosial yang berantai dan saling berhubungan
antara satu unsur dengan unsur kemasyarakatan yang lainnya. Dalam
pengkajian mengenai perubahan sosial yang relatif sangat luas,
dikhawatirkan terjadi suatu kekaburan materi. Oleh karena itu, beberapa
ahli berusaha mendefinisikan pengertian perubahan sosial, seperti:
1) Kingsley Davis
Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
2) Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi pada kehidupan masyarakat.
3) Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan sosial.
4) Roucek dan Warren
Perubahan sosial adalah perubahan dalam proses sosial atau dalam struktur masyarakat.
5) Gillin dan Gillin
Perubahan
sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima
dan yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
Perubahan-perubahan sosial dapat bersifat progress dan regress. Progress merupakan
perubahan sosial yang membawa kemajuan terhadap masyarakat di mana
kesejahteraan masyarakat meningkat. Perubahan yang bersifat progress dapat berupa :
1. Planned progress
Planned progress berarti
kemajuan yang sengaja direncanakan dan dilakukan oleh masyarakat
seperti program KB, program listrik masuk desa, program intensifikasi
pertanian, pembangunan jalur transportasi, perluasan jaringan
telekomunikasi, dan lainlain.
2. Unplanned progress
Menunjuk
pada adanya kemajuan yang tidak direncanakan sebelumnya oleh
masyarakat. Misalnya, meningkatnya kesuburan lahan pertanian karena lava
yang dimuntahkan gunung berapi saat meletus.
Adapun perubahan sosial yang bersifat regress adalah
perubahan sosial yang membawa kemunduran terhadap masyarakat. Misalnya
peperangan, pemberontakan, konflik yang menimbulkan jatuhnya korban
jiwa.
b. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Pada
dasarnya perubahan-perubahan sosial terjadi oleh karena anggota
masyarakat merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupan yang lama.
Norma-norma dan lembaga-lembaga serta sarana-prasarana penghidupan
dianggap tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Oleh
karena itulah, masyarakat menuntut adanya perubahan. Menurut Soerjono
Soekanto, secara umum timbulnya perubahan sosial dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor endogen dan eksogen.
1) Faktor-Faktor Endogen
Faktor endogen merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat. Menurut David Mc. Clellad (sebagaimana dikutip Arif Rohman : 2003) adanya faktor ini didorong oleh need for achievment (motivasi
berprestasi) dari individu-individu dalam masyarakat. Apabila setiap
individu memiliki motivasi untuk meraih prestasi terbaik, kelompok
tersebut secara otomatis akan mengalami perubahan, sebagaimana yang
dicetuskan oleh Everette Hagen dalam konsep N-Ach (Need for Achievment). Everette Hagen mengemukakan pentingnya kepribadian kreatif (creative personality)
dalam mendorong perubahan sosial. Menurutnya perubahan sosial tidak
akan terjadi manakala tidak ada perubahan dalam kepribadian
kreatif/kepribadian inovatif. Berbeda dengan pendapat Alvin L. Bertrand,
menurutnya dengan adanya perubahan komunikasi dalam masyarakat akan
tercapai suatu pemahaman antaranggota masyarakat yang mendorong
munculnya perubahan sosial. Terdapat faktor-faktor dalam yang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial antara lain:
a) Bertambah dan Berkurangnya Jumlah Penduduk
Besar
kecilnya penduduk akan menentukan cepat lambatnya perubahan sosial.
Penduduk yang padat lebih cepat terjadi perubahan-perubahan yang
menyangkut struktur dan kultur masyarakat dibandingkan dengan penduduk
yang kurang padat.
b) Penemuan-Penemuan Baru (Inovasi)
Penemuan-penemuan
baru mendorong perubahan sosial dalam masyarakat. Perkembangan
teknologi yang pesat telah terjadi dalam masyarakat sejak zaman dahulu.
Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan dapat
dibedakan menjadi discovery dan invention. Di mana discovery merupakan penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru baik berupa alat ataupun gagasan baru. Discovery menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, bahkan menerapkan penemuan tersebut. Invention menunjuk
pada upaya menghasilkan suatu unsur kebudayaan baru dengan mengombinasi
atau menyusun kembali unsur-unsur kebudayaan lama yang telah ada dalam
masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, faktor-faktor yang mendorong
individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut :
1) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu keadaan.
3) Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
c) Konflik dalam Masyarakat
Pertentangan
atau konflik dalam masyarakat mampu pula menjadi sebab terjadinya
perubahan sosial. Pertentangan-pertentangan tersebut dapat berupa
pertentangan antarindividu, antara individu dengan kelompok,
antarkelompok, serta konflik antargenerasi. Individu-individu yang
tengah berada dalam suatu konflik sangat mudah terpengaruh terhadap
hal-hal baru.
d) Revolusi
Revolusi
terjadi karena rasa ketidakpuasan anggota masyarakat terhadap suatu
sistem pemerintahan yang ada. Adanya revolusi akan membawa
perubahan-perubahan yang besar dan berlangsung cepat. Misalnya, revolusi
yang terjadi bulan Oktober 1917 di Rusia, menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan besar di negara tersebut. Pada mulanya negara
tersebut berbentuk kerajaan yang absolut, berubah menjadi diktator
proletariat yang didasarkan pada doktrin Marxsisme dimana membawa
perubahan segenap lembaga-lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk
negara sampai pada keluarga batih mengalami perubahan-perubahan besar
sampai ke akar-akarnya.
2) Faktor-Faktor Eksogen
Faktor-faktor
eksogen adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang
bisa mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
a) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Masyarakat
selalu mengadakan hubungan dengan masyarakat lain. Melalui hubungan
tersebut menimbulkan pengaruh timbal balik yang berarti masing-masing
masyarakat memengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh
dari masyarakat yang lain sehingga terjadi penyebaran kebudayaan.
Penyebaran kebudayaan secara damai dapat melalui difusi, akulturasi,
maupun asimilasi. Difusi yaitu penyebaran kebudayaan atau pengaruh dari
satu daerah ke daerah lain yang terjadi secara langsung ataupun tidak
langsung. Akulturasi merupakan percampuran dua buah kebudayaan yang
menghasilkan suatu bentuk kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan
unsur keaslian dari masing-masing kebudayaan, sedangkan asimilasi adalah
bercampurnya dua buah kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru di
mana kebudayaan setempat berangsur-angsur lenyap.
b) Peperangan
Peperangan
dalam hal ini berarti pertikaian antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain di luar batas-batas negara. Dengan adanya
peperangan dalam suatu negara memunculkan implikasi negatif, seperti
rakyat mengalami kehidupan tegang dan mencekam, kebutuhan hidup menjadi
susah dipenuhi, harta benda menjadi hancur dan menimbulkan kemiskinan.
c) Kondisi Alam yang Berubah
Terjadinya
gempa bumi, topan, banjir, tsunami, dan lain-lain menyebabkan
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut terpaksa meninggalkan tempat
tinggal untuk menempati tempat tinggal baru sehingga masyarakat harus
beradaptasi dengan lingkungan sekitar baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Kondisi ini mendorong timbulnya perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan.
C. Hubungan Antara Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial
Dalam
kehidupan sosial setiap individu melakukan hubungan yang saling
pengaruh-memengaruhi dengan individu lain yang disebut dengan interaksi
sosial. Interaksi sosial yang sesuai dengan nilai dan norma diyakini
mampu membentuk keteraturan sosial. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan
suatu kehidupan normatif dalam bermasyarakat. Inilah gambaran sederhana
tentang hubungan interaksi sosial dengan terbentuknya keteraturan sosial
dalam masyarakat.
1. Keteraturan Sosial
Keteraturan
sosial adalah suatu keadaan di mana hubungan-hubungan sosial
berlangsung dengan selaras, serasi, dan harmonis menurut nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku. Artinya, setiap individu ataupun kolektif
dapat memenuhi kebutuhan masing-masing tanpa adanya pihak yang
dirugikan. Terciptanya keteraturan sosial dalam masyarakat diperlukan
tiga persyaratan yang mendasar, yaitu pertama adanya kesadaran warga masyarakat akan pentingnya menciptakan keteraturan. Kedua adanya norma sosial yang sesuai dengan kebutuhan serta peradaban manusia. Ketiga adanya aparat penegak hukum yang konsisten dalam menjalankan tugas fungsi dari kewenangannya.
Bentuk
konkret dari keteraturan sosial adalah adanya keselarasan yang
diwujudkan dalam bentuk kerja sama antaranggota masyarakat, seperti
kehidupan masyarakat yang saling membantu, saling menghargai, saling
menghormati, bergotong royong, dan lain-lain.
2. Pola Interaksi Sosial yang Membentuk Keteraturan Sosial
Masing-masing
individu melakukan hubungan sosial dengan individu lain. Hubungan
tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun
rohani. Dalam berhubungan sosial, tindakan individu diatur oleh
aturan-aturan sosial berupa nilai dan norma. Jika tindakan individu
dalam berinteraksi sesuai dengan nilai dan norma maka akan terbentuk
keteraturan sosial. Dengan kata lain, interaksi yang sesuai dengan nilai
dan norma akan membentuk keteraturan sosial.
Terdapat tiga bentuk atau pola interaksi yang mampu membentuk keteraturan sosial antara lain:
1) Kerjasama (Cooperation)
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan pihak lain untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk-bentuk kerjasama antara lain :
a) Tukar Menukar (Bargaining)
Yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
b) Kooptasi (Cooptation)
Yaitu
proses penerimaan unsur-unsur baru atau unsur-unsur lain dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi agar
menjaga tidak terjadinya goncangan atau untuk menjaga stabilitas.
c) Koalisi (Coalition)
Yaitu gabungan atau kombinasi dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan sama.
d) Usaha Patungan (Joint Venture)
Yaitu pengawasan bersama terhadap proyek-proyek tertentu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar membuat kerjasama semakin kuat meliputi :
a) Orientasi yang sama
b) Adanya bahaya atau ancaman dari luar
c) Mencari keuntungan
d) Hal-hal yang berkaitan atau berkenaan dengan sesuatu yang tertanam kuat dalam kelompok
2) Akomodasi (Acomodation)
Adalah
upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu konflik atau
pertentangan. Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan
kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan
kekacauan. Akomodasi juga dapat diartikan sebagai keadaan atau situasi selesainya suatu konflik atau pertentangan.
Menurut
Kimball Young yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1987), kata
akomodasi memiliki dua pengertian. Pertama, akomodasi menunjuk pada
suatu keadaan. Artinya, suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam
berinteraksi yang dilandasi dengan nilai dan norma yang ada. Kedua,
akomodasi sebagai proses. Arttinya, akomodasi mengarah pada usaha-usaha
manusia untuk meredakan suatu pertentangan dalam rangka mencapai
keseimbangan. Dalam kehidupan sehari-hari akomodasi dapat pula diartikan
sebagai suatu proses kesepakatan antara kedua belah pihak yang tengah
bersengketa yang bersifat darurat (sementara) dengan tujuan mengurangi
ketegangan. Adapun bentuk-bentuk akomodasi antara lain :
a) Pemaksaan (Coercion)
Yaitu
bentuk akomodasi yang berlangsung melalui cara pemaksaan sepihak baik
langsung atau fisik maupun tak langsung (psikologis).
b) Kompromi (Compromise)
Yaitu bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak yang bertikai mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian.
c) Arbitrase (Arbitration)
Yaitu
cara untuk menyelesaikan konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang
ditunjuk/disepakati kedua belah pihak dimana pihak ketiga berhak membuat
keputusan berdasarkan ketetapan dan bersifat mengikat kedua belah
pihak.
d) Mediasi (Mediation)
Yaitu
upaya menyelesaikan konflik atau pertentangan dengan mengundang pihak
ketiga yang bersifat netral, dimana tugas utama pihak ketiga adalah
menyelesaikan konflik secara damai, berfungsi sebagai penasehat, dan
tidak berwenang memberi keputusan terhadap penyelesaian pertentangan
tersebut.
e) Toleransi (Tolerantion)
Yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal untuk menghindari terjadinya perselisihan.
f) Peradilan (Adjudication)
Yaitu upaya menyelesaikan konflik melalui pengadilan.
g) Stalemate
Yaitu
bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak yang bertikai memiliki
kekuatan yang seimbang sehingga berhenti pada satu titik tertentu di
dalam penyelesaian konflik atau pertentangan.
h) Konsilisasi (Consiliation)
Yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan bersama.
3) Asimilasi (Asimilation)
Proses
asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha mengurangi
perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam
masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi
tercapainya tujuan bersama. Asimilasi timbul bila ada kelompok
masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul
secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun
kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk
kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
Menurut Prof. Koentjaraningrat terdapat beberapa syarat terjadinya asimilasi. Syarat-syarat tersebut antara lain:
a) Adanya kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaan.
b) Adanya interaksi yang langsung dan intensif untuk waktu yang lama dalam kelompok tersebut.
c) Sebagai akibatnya maka kebudayaan dari masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan.
4) Akulturasi (Aculturation)
Adalah
suatu proses dimana kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur kebudayaan asing atau baru yang berbeda sehingga
lambat laun kebudayaan asing akan diterima dan diolah kebudayaan sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
0 Response to "Pengertian Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial Lengkap"
Post a Comment