Ciri-Ciri Morfologi Kapang dan Khamir ( Artikel Lengkap )
Tuesday, 2 October 2018
Add Comment
Kampungilmu.web.id - Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, dan berdinding sel dari kitin atau selulosa. Fungi
memperoleh makanannya dengan cara absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi
terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan
menjalin semacam jala yang disebut miselium. Miselium dapat dibedakan
atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrien dari lingkungan
dan miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Gandjar dkk. 2000).
Fungi dapat ditemukan pada aneka substrat. Fungi tidaklah sulit untuk
ditemukan di alam, karena bagian vegetatifnya yang umumnya berupa
miselium berwarna putih mudah terlihat pada substrat yang membusuk (kayu
lapuk, buah-buahan yang terlalu masak, makanan yang membusuk). Selain
itu, konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna pada
daun, batang, kertas, dan tekstil. Tubuh buah fungi lebih mencolok
karena langsung dapat dilihat dengan mata kasar, sedangkan miselium
vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan mikroskop
(Gandjar dkk. 2000).
Fungi dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Fungi bereproduksi
secara aseksual melalui salah satu dari tiga cara, yaitu dengan cara
tumbuh dan menyebar dari filamen hifa, memproduksi spora aseksual
seperti konidia, atau melakukan pembelahan sederhana seperti pertunasan
(budding) pada khamir. Sementara itu, reproduksi secara seksual
menghasilkan spora seksual. Spora seksual berkembang dari peleburan
antara salah satu dari dua gamet uniseluler atau hifa yang
terspesialisasi (gametangia). Kemungkinan yang lain, spora seksual
berasal dari peleburan antara dua sel haploid untuk menghasilkan satu
sel diploid, kemudian menjalani meiosis dan mitosis untuk menghasilkan
individu spora yang haploid (Madigan dkk. 2011).
Secara morfologi, fungi dibagi menjadi tiga tipe utama, yaitu tipe kapang, khamir, dan cendawan (mushroom).
Fungi dalam bentuk uniseluler disebut khamir, merupakan fungi
berbentuk oval atau bola dan ukurannya lebih besar dari bakteri. Kapang
adalah tipe fungi yang terlihat seperti serabut-serabut benang yang
disebut miselia. Miselia terdiri dari filamen-filamen (hifa) panjang
yang bercabang dan saling menjalin (Tortora dkk., 2010). Sementara itu,
beberapa fungi membentuk struktur makroskopik yang disebut tubuh buah
(cendawan). Tubuh buah dapat memproduksi spora dan dari tempat tersebut
pula spora dapat disebarkan (Madigan dkk. 2011).
Khamir, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, merupakan fungi bersel
tunggal. Sel khamir berbentuk oval, bola, atau silinder. Secara khas,
khamir melakukan pembelahan sel dengan cara bertunas (budding).
Selama proses pertunasan, sebuah sel baru merupakan sebuah perkembangan
kecil dari sel yang tua (induk), kemudian mengalami pembesaran dan
memisahkan diri dari sel induknya. Apabila tunas-tunas yang baru tetap
bersama-sama akan terlihat seperti filamen yang disebut pseudohypha.
Sel khamir dapat dengan mudah dibedakan dari sel bakteri, karena sel
khamir memiliki ukuran yang lebih besar dari sel bakteri dan sel khamir
mempunyai nukleus dan vakuola sitoplasmik yang terlihat dengan jelas.
Khamir mempunyai spora seksual yang disebut askospora (Madigan dkk.
2011).
Pengamatan morfologi khamir dapat dilakukan secara makroskopik maupun
mikroskopik. Pengamatan makroskopik yang perlu diperhatikan antara lain
warna koloni, tekstur koloni, keadaan permukaan koloni, dan permukaan
tepi koloni. Pengamatan mikroskopik yang perlu diperhatikan antara lain
bentuk sel, ada tidaknya pertunasan (budding), banyaknya tunas pada tiap sel, askospora, dan ada tidaknya miselium semu (pseudomycelium) (Gandjar dkk. 1992).
Kapang merupakan tipe fungi yang berbentuk filamen. Filamen-filamen pada
kapang disebut hifa. Hifa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hifa
septat dan hifa coenocytic.
Hifa septat mempunyai dinding yang disebut septa (singular: septum).
Septum membagi hifa ke dalam unit-unit seperti sel yang uninukleat
(satu nukleus). Sementara itu, hifa coenocytic tidak memiliki septa dan
nukleusnya membaur satu sama lain. Sel-sel pada hifa coenocytic terlihat
memanjang dengan banyak nukleus (tidak ada pembagian sitoplasma yang
jelas). Kapang dapat menghasilkan spora seksual dan aseksual. Spora
seksual contohnya zigospora, askospora, dan basidiospora, sedangkan
spora aseksual contohnya sporangiospora dan konidiospora (Tortora dkk.
2010).
Pengamatan morfologi kapang dapat dilakukan secara makroskopik maupun
mikroskopik. Hal- hal yang perlu diperhatikan pada pengamatan
makroskopis adalah tekstur permukaan koloni (berbutir-butir/granular,
beludru/velvety, kapas/wooly, floccose), warna koloni, warna sebalik
koloni (reverse colony),
ada tidaknya zona pertumbuhan, ada tidaknya garis atau lingkaran
konsentris (zonation), ada tidaknya garis-garis radial dari pusat koloni
ke arah tepi koloni (radial furrow), ada tidaknya bau yang khas, dan
ada tidaknya exudate drops. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengamatan mikroskopik ialah struktur pendukung sel generatif (sporangiofor atau konidiofor),
struktur penghasil sel generatif (sporangium atau fialid), bentuk dan
ukuran sel generatif (spora/konidia), dan keadaan miselium (bercabang
atau tidak, berseptum atau tidak) (Gandjar dkk. 1992; Gandjar dkk.
2000).
Secara taksonomi, fungi dibagi ke dalam lima filum, yaitu Chytridiomycetes, Zygomycetes, Glomeromycetes, Ascomycetes, dan Basidiomycetes. Chytridiomycetes memiliki spora seksual yang disebut zoospora.
Zoospora berbeda dengan umumnya spora yang dihasilkan oleh jenis fungi
yang lain, karena bersifat motil dan memiliki flagela. Status
Chytridiomycetes sebagai kelompok fungi masih terus dipelajari karena
beberapa anggotanya sangat berkerabat jauh dari kelompok fungi (Madigan
dkk. 2011).
Zygomycetes dan Glomeromycetes merupakan kelompok kapang coenocytic (multinukleat) dan spora seksualnya disebut zigospora.
Zygomycetes umum ditemukan pada tanah atau pada material tumbuhan yang
telah membusuk, sedangkan Glomeromycetes membentuk simbiosis dengan akar
tumbuhan. Semua kelompok Glomeromycetes membentuk endomikoriza atau
mikoriza arbuskular (Madigan dkk. 2011). Zygomycetes memiliki spora
seksual yang disebut zigospora dan spora aseksual yang disebut
sporangiospora (Tortora dkk. 2010).
Ascomycetes adalah kelompok fungi yang terdiri dari kapang dengan hifa
berseptat dan beberapa khamir. Spesies-spesies yang termasuk
Ascomycetes memiliki spora seksual yang disebut askospora. Beberapa
anggota Ascomycetes dapat membentuk spora aseksual yang disebut
konidiospora (Tortora dkk. 2010; Madigan dkk. 2011).
Basidiomycetes adalah kelompok fungi yang paling maju berdasarkan garis
evolusinya. Basidiomycetes dapat membentuk tubuh buah atau mushroom.
Basidiomycetes memiliki hifa yang berseptat. Spora seksualnya disebut
basidiospora yang dibentuk secara eksternal pada suatu tumpuan dasar
(base pedestal) yang disebut basidium (Tortora dkk. 2010: 335).
Fungi dapat juga dikelompokkan menjadi fungi tingkat rendah (lower fungi) dan fungi tingkat tinggi (higher fungi).
Fungi tingkat rendah merupakan fungi yang tidak memiliki septa pada
hifa dan hifa tidak mengalami anastomosis, contohnya pada Zygomycetes dan Chytridiomycetes.
Fungi tingkat tinggi memiliki septum-septum yang membagi lagi hifa ke
dalam kompartemen-kompartemen dan hifa dapat mengalami anastomosis (hifa
dapat mengalami penyatuan dengan hifa tetangganya), contohnya pada
Ascomycetes, Basidiomycetes, dan mitosporic fungi. Selain itu, senyawa
yang meregulasi proses seksual disebut 'hormon' pada fungi tingkat
rendah dan disebut 'feromon' pada fungi tingkat tinggi (Carlile dkk.
2001).
0 Response to "Ciri-Ciri Morfologi Kapang dan Khamir ( Artikel Lengkap )"
Post a Comment